Isomer adalah senyawa kimia
yang memiliki rumus molekul yang sama - yang berarti bahwa mereka terdiri dari
jumlah yang sama dari jenis atom yang sama - tetapi memiliki struktur atau
pengaturan yang berbeda dalam ruang. Isomer adalah suatu keadaan di mana dua
senyawa atau lebih yang mempunyai rumus molekul kimia yang sama, tetapi
mempunyai struktur yang berbeda.
Misalnya, pentana adalah senyawa organik terdiri dari lima atom karbon dan 12
atom hidrogen. Dua isomer pentana termasuk pentana tidak bercabang, di mana
karbon yang diatur dalam rantai linear, dan isopentana atau metilbutana, di
mana empat karbon yang diatur dalam rantai linear sedangkan cabang kelima lepas
dari salah satu bagian atom karbon. Kedua hal ini memiliki rumus molekul yang
sama, tetapi pengaturan aktual atom mereka yang berbeda. Isomer adalah penting
karena senyawa dengan struktur yang berbeda, bahkan jika mereka mengandung atom
yang sama, dapat memiliki sifat kimia yang berbeda secara drastis.
A. SISTEM NOMENKLATUR
Sistem nomenklatur adalah penamaan unsur yang jauh
sebelumnya pada teori atom suatu zat, meski waktu itu belum diketahui yang mana
unsur dan senyawa. Ketika teori atom berkembang nama unsur yang telah digunakan
pada masa lampau tetap di pakai contohnya unsur
“cuprum” dalam Bahasa Inggris dikenal dengan copper, dan dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah tembaga. Contoh lain, dalam
Bahasa Jerman “Wasserstoff” berarti “hidrogen”, dan “Sauerstoff” berarti
“oksigen”.
Menurut IUAPAC nama unsur tidak diawali dengan
huruf kapital, kecuali berada di awal kalimat pada abad ke-20. Sistem
nomenklatur pada sistem penamaan senyawa kimia yang menciptakan sistem penamaan
spesies kimia yang baik.
Pada teori John Dalton mengemukakan simbol
yang lebih sederhana yang didasarkan adanya lingkaran yang digunakan untuk
menggambarkan molekul.
Pada teori Berzelius mengemukakan sistem tipografi dimana
tipografi untuk menunjukan simbol yang digunakan adalah nama singkatan dan nama
latin dalam suatu senyawa.

Setiap molekul
organik dalam penamaan ada 3 bagian yakni Parent, Prefix, dan suffix.
·
Parent: rantai karbon terpanjang (rantai induk)
·
Prefix: cabang
·
Suffix: gugus fungsional (-ana,-ena,-una)
Tata Nama Alkana
Tatanama semua senyawa organik terbagi menjadi tata nama sistematik
dan tata nama umum. Tata nama sistematik diatur oleh badan internasional
IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry).
Sedangkan nama umum pemakaiannya sangat terbatas, karena hanya digunakan untuk
senyawa-senyawa dengan rumus molekul sederhana atau senyawa-senyawa tertentu
saja.
Nama yang diberikan pada suatu senyawa organik harus memberikan gambaran yang
jelas mengenai rumus strukturnya demikian pula sebaliknya dari struktur yang
ada nama suatu senyawa organik dapat ditentukan. Nama-nama beberapa alkana
tidak bercabang yang sering disebut sebagai deret homolog dapat dilihat
pada gambar.
Aturan-aturan pemberian nama sistematik alkana bercabang
menurut IUPAC
1) Alkana tak bercabang pemberian nama sistematik
sesuai gambar di atas sedangkan untuk nama umum ditambah n (normal)
untuk alkana yang tidak bercabang.
CH3–CH2–CH2–CH2-CH3
n-pentana
2) Untuk alkana yang rantainya bercabang, rantai utamanya adalah
rantai dengan jumlah atom C terpanjang. Gugus yang terikat pada rantai utama
disebut substituen. Susstituen yang diturunkan dari suatu alkana dengan
mengurangi satu atom H disebut gugus alkil. Gugus alkil memiliki
rumus umum -CnH2n+1 dan dilambangkan dengan –R.
Pemberian nama gugus alkil sesuai dengan nama alkana, tetapi mengganti akhiran -ana
pada alkana asalnya dengan akhiran –il. Nama dan rumus beberapa gugus
alkil.
3) Rantai terpanjang nomori dari ujung yang paling dekat
dengan substituen sehingga rantai cabang memberikan nomor yang sekecil mungkin.
Pada pemberian nama, hanya nomor atom karbon rantai utama yang mengikat
substituen dituliskan kemudian diikuti nama susbstituen.
4) Jika terdapat lebih dari satu subtituen yang sama, maka
nomor masing-masing atom karbon rantai utama yang mengikat substituen semuanya
harus dituliskan. Jumlah substituen ditunjukan dengan awalan di, tri, tetra,
penta, heksa dan seterusnya, yang berturut-turut menyatakan jumlah substituen
sebanyak dua, tiga, empat, lima dan seterusnya. Penomoran tetap dimulai dari
ujung yang paling dekat dengan substituen.
5) Jika terdapat dua atau lebih sustituen yang berbeda, maka
dalam penulisan nama disusun berdasarkan urutan abjad huruf pertama dari nama
substituen. Penomoran rantai utama dimulai dari ujung rantai yang nama
substituen berdasarkan urutan abjad lebih awal. awalan di, tri, tetra, penta,
heksa dan seterusnya tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.
6) Awalan-awalan sek-, ters- yang diikuti tanda hubung tidak
perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad. Sedangkan awalan iso
dan neo tidak perlu dipisahkan dengan tanda hubung dan diperhatikan
dalam penentuan urutan abjad. Awalam iso menunjukan adanya gugus –CH(CH3)2
dan awalan neo- menunjukan adanya gugus –C(CH3)3.
B. ISOMER STRUKTURAL
Isomer
struktural adalah senyawa dari rumus kimia yang sama yang memiliki struktur dan
sifat yang berbeda didasarkan pada bagaimana konstituen atom mereka diurut.
Sebagai contoh, ada dua isomer struktural dengan sama rumus kimia C4H10,
CH3CH2CH2CH3 butana yaitu normal
dan metilpropana (CH3)2CHCH2CH3.
Sangat menarik untuk dicatat butana yang normal mendidih pada -0.5 derajat
Celsius, sedangkan metilpropana mendidih pada suhu 28 derajat Celcius. Karena
jumlah atom bertambah, jumlah isomer meningkat. Ada tiga isomer struktural
dengan rumus kimia C5H12, lima dengan rumus C6H14
dan sembilan dengan rumus C7H16.
Isomer
struktural karbon tidak dibatasi hanya untuk karbon dan hidrogen, meskipun
mereka adalah contoh paling terkenal dari isomer struktural. Di lemari obat
rumah tangga orang dapat menemukan C3H8O, atau isopropil
alkohol, kadang-kadang diidentifikasi sebagai “alkohol.” Rumus struktur adalah
CH3CH (OH) CH3. Selain itu, ada n-propil alkohol, CH3CH2CH2
(OH) dan bahkan eter metiletil, CH3OCH2CH3,
meskipun tak satu pun dari kedua senyawa ini kemungkinan akan ditemukan di
rumah. Juga ada isomer struktural senyawa karbon yang mengandung atom lain.
Apa yang
membuat kelimpahan bentuk seperti isomer yang mungkin adalah kemampuan atom
dari beberapa unsur – terutama karbon – untuk bergabung satu sama lain. Hal ini
disebabkan sifat dari ikatan antara atom. Atom karbon yang berdekatan bergabung
dengan ikatan kovalen, ikatan di mana atom yang berpartisipasi berbagi elektron
yang sama, daripada memindahkannya dari satu atom ke yang lain. Sebagai
gambaran, dalam garam meja biasa, NaCl, atom natrium ikut serta memberikan lebih
dari satu elektron yang tersedia untuk atom klor, dan dua atom tertarik gaya
elektrostatis. Hal seperti ini ada antara atom karbon yang bergabung dalam
etana, C2H6.
Isomer
struktural
Silikon
dan boron memiliki kemampuan yang sama untuk mengikat satu sama lain tanpa
transfer elektron. Isomer struktural silikon dan boron diilustrasikan dengan
baik dalam silan – senyawa silikon dan hidrogen – dan boran – senyawa boron dan
hidrogen. Senyawa karbon dan hidrogen mulai dengan molekul metana, CH4.
Analog dengan hal ini, senyawa silikon dan hidrogen dimulai dengan silan, SiH4.
Menariknya, senyawa boron dan hidrogen mulai berbeda dengan borana, BH3
– senyawa yang dikenal hanya dalam bentuk gas yang cepat dimerizes untuk
membentuk B2H6.
Kemampuan
untuk membentuk isomer struktural sangat meningkatkan jumlah senyawa yang
mungkin dengan berbagai sifat hampir tak berujung. Dalam kasus karbon, isomer
struktural memungkinkan senyawa kehidupan. Untuk silikon dan boron, berbagai
besar senyawa memberi dunia ilmiah dan manufaktur sejumlah besar reagen. Salah
satu aplikasi dari turunan silan dalam lapisan yang memungkinkan bahan-bahan biologis
berbahaya harus terpasang ke struktur implan titanium. Adapun boran, mereka
dapat digunakan dalam sintesis organik khusus, dalam sel bahan bakar yang
eksotis, dan bahkan untuk bahan bakar peroketan.
C.
ISOMER ALAKANA
Struktur alkana dapat berupa rantai
lurus atau rantai bercabang. Alkana yang mengandung tiga atom karbon atau
kurang tidak mempunyai isomer seperti CH4, C2H6
dan C3H8 karena hanya memiliki satu cara untuk menata
atom-atom dalam struktur ikatannya sehingga memilki rumus molekul dan rumus
struktur molekul sama. Perhatikan gambar di bawah ini:

Dalam senyawa
alkana juga ada yang rumus molekulnya sama, tetapi rumus struktur molekulnya
berbeda. Mulai dari alkana dengan rumus molekul C4H10
mempunyai dua kemungkina struktur ikatan untuk menata atom-atom karbonnya
seperti di bawah ini:
Untuk senyawa-senyawa tersebut disebut isomer.
Oleh karena perbedaan hanya pada kerangka struktur maka isomernya disebut isomer
kerangka.
Untuk pentana (C5H12)
memiliki tiga kemungkinan struktur ikatan untuk menata atom-atom karbonnya
yaitu:
Kita dapat menyimpulkan dari 2 contoh
di atas bahwa semakin bertambah jumlah atom C pada rumus molekul suatu alkana
maka semakin banyak isomernya seperti yang tertera ditabel bawah ini:
Jumlah atom C
|
C4
|
C5
|
C6
|
C7
|
C8
|
C9
|
C10
|
Rumus molekul
|
C4H10
|
C5H12
|
C6H14
|
C7H16
|
C8H18
|
C9H20
|
C10H22
|
Jumlah isomer
|
2
|
3
|
5
|
9
|
18
|
35
|
75
|
Apa yang menyebabkan sudut ikatan pada H-C-H lebih pendek dibandingkan sudut ikatan H-C-C ?
Jawab:
Ikatan H-C-C memiliki sudut ikatan yang lebih besar dibandingkan dengan ikatan H-C-H karena bentuk molekul H-C-C berbentuk linear dimana atom-atom tertata pada suatu garis lurus.sudut yang dibentuk oleh ikatan kea rah atom pusat akan saling membentuk sudut sebesar 1800.
Sedangkan ikatan H-C-H memiliki bentuk molekul segitiga planar dimana atom-atom berbentuk segitiga tertata dalam bidang datar. Sudut ikatan antara atom yang mengelilingi atom pusat membentuk sudut 1200
Sehingga ikatan C dengan H lebih pendek dari ikatan tunggal antara C dengan C.
Panjang dan kekuatan suatu ikatan tergantung dari hibridisasi dari atom yang saling berikatan. Semakin besar karakter s dalam orbital yang digunakan atom-atom untuk membentuk ikatan, semakin pendek dan kuat ikatan tersebut.